Belakangan ini aku
bertanya – tanya, diantara dua buah pernyataan manakah yang benar atau
kemungkinan besar terjadi. Pernyataan pertama, seorang pemuda ketika di masa
mudanya dipenuhi dengan kesibukan dan kerja keras, maka dia di masa tuanya ia
akan bahagia. Bahagia atas jerih payahnya dalam memperjuangkan kebutuhannya. Pernyataan
kedua, seorang pemuda ketika masa mudanya begitu sibuk untuk memenuhi
kebutuhannya, maka di masa tua ia akan terus sibuk. Tenggelam dalam kesibukan
karena selalu merasa kebutuhannya belum terpenuhi, bahkan saat ia mulai menua. Hingga
suatu saat ia sadar ia lupa untuk menikmati hidup. Bahwa hidup tak hanya ada
untuk kesibukan. Kesibukan dalam memenuhi kebutuhan, dalam memunuhi harta
dunia.
Dua pertanyaan bertolak
belakang dan mungkin kasusnya bebeda. Sulit memang untuk dibandingkan. Akan tetapi,
dua hal itu membuatku tertarik. Pernyataan pertama meminta kita untuk bekerja
keras sedangkan pernyataan kedua meminta kita untuk menikmati hidup. Kedua hal
tersebut bisa saja terjadi pada tiap orang. Lalu manakah yang sedang terjadi
sebenarnya. Kemudian jika kita berada pada posisi kedua apakah kita harus
berhenti untuk sibuk. Berhenti berambisi.
Sebuah jawaban menarik
dari seseorang “ Kalau aku ya bakalan
cancel semua kegiatan seharian buat istirahat, berhenti sejenak, main dengan
keluarga, atau hanya untuk sekedar tidur”. Jederr, ketika mendengarnya seakan aku merasa
pikiranku terlalu ruwet. Memang aku ingin mendengar pemikiran orang – orang tentang
dua pernyataan tersebut. Benar kenapa harus pusing, kita bisa berhenti sejenak
lalu mulai lagi. Berhenti ketika diri
mulai penat, mulai merasa begitu lelah. Terkadang menikmati hidup tidak perlu
dengan berlibur, ataupun meminta cuti. Akan tetapi menikmati hidup yaitu ketika
di tengah kesibukan kita, kita tersenyum bersama. Baik membuat orang lain
tersenyum ataupun dibuat tersenyum.
Di sisi lain, ada yang
berkata pula “ Kalo menurutku pernyataan
kedua itu ya salah orangnya sendiri.” Kesalahan kita dalam mengejar ambisi, membuat
kita terkadang menjadi egois, tidak perduli pada yang lain. Benar, ambisi
adalah pemicu semangat. Pendorong dalam melakukan sesuatu. Akan tetapi ambisi
yang lupa pada sekeliling juga tidak baik. Ingatlah ambisi kita bukan hanya
untuk kebaikan kita, tapi kebaikan orang lain pula. Maka jangan sampai,
kebaikan untuk mereka berubah menjadi keburukan bagi mereka karena ketidak
pedulian kita pada mereka.
Kesibukan saat muda, tergantung
bagaimana kita memandangnya. Tergantung bagaimana kita mengaturnya. Belajar untuk
mengatur sendiri adalah hal yang penting, tidak hanya mengatur orang lain atau
mengatur perusahaan. Jadilah manajer untuk diri sendiri dulu, sebelum menjadi
manajer bagi yang lain.