Halaman

.

Rabu, 31 Juli 2013

Buber Keliling



BUBER KELILING


InsyaAllah ini bukan tentang buber di mana aku cari ta’jil di masjid seperti biasanya. Akan tetapi ini tentang berbuka bersama saudara – saudara yang ada di Solo. Yuk mari kita simak ….



Seperti biasa ketika pulang kampung, banyak hal yang harus di lakukan. Selain makan tidur dan sibuk di depan laptop, membantu orang tua menjadi kewajiban tersendiri. Namun yang ini bukan tentang kewajiban, tapi rutinitas. Salah satu rutinitas setiap pulang kampung ketika Bulan Ramadhan adalah mengikuti buka bersama. Buka bersama teman – teman sekelas, atau teman organisasi. Kebetulan untuk tahun ini ada lima acara buka bersama yang harus dihadiri. Akan tetapi karena beberapa alasan jadi aku memilih menghadiri tiga acara di antaranya.



Buka puasa bersama pertama pada tanggal 25 Juli 2013. Buka puasa ini diadakan oleh adik – adik organisasi di PMR. Pada hari itu aku baru saja pulang dari Yogyakarta. Sebenarnya ingin langsung datang, tapi saat itu aku tidak menggunakan pakaian batik. Padahal buber PMR selalu identik dengan pakaian batik. Selesai berganti pakaian di rumah, waktu menunjukkan pukul lima lebih. Sudah dekat dengan waktu berbuka, rasanya aku tidak ingin datang saja. Datang mendekati berbuka seperti ini pekewuh rasanya. Akan tetapi karena sudah berjanji datang pada teman, akhirnya kuusahakan datang.
Ruangan aula SMANSA penuh dengan orang – orang menggunakan pakaian batik. Alhamdulillah pesertanya banyak. Acara berjalan lancar dan menyenangkan kami sharing beberapa hal, diantaranya perkembangan PMR yang di kelola anak – anak saat ini. Mereka berkembang dengan baik dan tentunya menjadi lebih baik dari kami dulu.  

Tulang Rusuk Tidak Akan Pernah Tertukar



Habibie yang dilahirkan untuk Ainun dan Ainun yang dilahirkan untuk Habibie. Sebuah kata indah yang membuatku yakin di belahan bumi ini telah ditakdirkan seseorang, terlahir di dunia untuk menemani kita. Tulang rusuk tidak akan pernah tertukar.



Begitulah indahnya cinta antara dua insan yang saling memahami. Mengerti satu sama lain. Cinta yang tulus tanpa perlu banyak kata – kata. Ainun memahami Habibie, tanpa permintaan. Menghawatirkan Habibie meski disela – sela rasa sakit. Sedangkan Habibie pada satu titik harus merasakan kehilangan. Kehilangan atas cinta yang hangat. Tentu saja ia tidak ingin, ia ingin Ainun tetap di sisinya menemani. Habibie ingin membalas seluruh kasih sayang yang telah diberikan Ainun. Dia tidak ingin kehilangan. Akan tetapi, kehendak Allah SWT berkata lain. Ya Habibie harus ikhlas. Namun Ainun tidak penah pergi, ia tetap di sana dalam hati dan ingatan Habibie. 



Ingatanku terlempar jauh ke masa lampau. Sebuah kisah cinta yang juga indah. Di masa yang berbeda, tantangan yang berbeda pula. Namun mereka saling menguatkan, saling memahami. Menjalani  dakwah yang tidaklah mudah. Diterpa cobaan yang begitu berat. Bersama mereka berjuang untuk kebaikan. Membawa manusia ke agama Allah. Benar mereka adalah Muhammad SAW dan Khadijah binti Khuwailid. Cinta yang indah dari Khadijah kepada Rasulullah SAW. Ia memahami Rasullullah.



Ingatkah ketika Rasulullah pulang dari Gua Hira, ketika badan Rasulullah  SAW menggigil setelah menerima wahyu. Apa yang dilakukan Khadijah ? bertanya pada Beliau SAW ? Memberondong Beliau SAW dengan pertanyaan sebagai ungkapan kecemasan ? Bukan, yang dilakukan  Khadijah adalah menyelimutinya, tanpa banyak bertanya.



Ingatkah juga ketika Rasulullah bercerita pada Khadijah, bahwa Beliau SAW adalah utusan Allah. Membawa sebuah agama yang benar, Agama Islam. Khadijah bukan tertawa, tapi dia percaya. Kemudian menyatakan masuk Islam. Wanita yang memahami suaminya, mempercayai dan berbakti padanya.



Rasulullah SAW pun harus kehilangan. Allah SWT memanggil Khadijah terlebih dahulu. Setelah Rasulullah kehilangan paman yang amat disayanginya, kemudian Beliau SAW kehilangan istrinya. Betapa sedih hati beliau. Begitu besar kehilangan yang harus di alami.



Meski tahun – tahun telah terlewat, Rasulullah SAW tetap mengingat Khadijah. Cinta Beliau pada Khadijah begitu besar hingga menimbulkan kecemburuan pada istri – istri yang lain. Pernah suatu ketika ada seorang tamu yang mengetuk pintu rumah Rasulullah. Suara tamu itu begitu mirip dengan Khadijah. Kemudian Rasulullah segera membukakan pintu, ternyata bukan Khadijah. Sebegitu besarnya cinta Rasulullah SAW terhadap Khadijah. Khadijah tetap ada dalam hati dan ingatan Rasulullah. Juga dalam hati dan ingatan kita.



Tulang rusuk tak pernah tertukar. Cinta adalah warna indah dalam kehidupan dunia. Di mana kita selalu ingin memberi, tak peduli berapapun yang ingin di beri. Cinta membuat kita merasa dalam kedamaian. Cinta menawarkan kelembutan dan ketulusan. Cinta kepada manusia memang indah. Namun cinta yang paling indah adalah cinta kepada-Nya yang mengilhamkan cinta dalam hati manusia.