Halaman

.

Selasa, 20 Agustus 2013

Ibu




IBU
Ibu, aku tak tahu bahwa menjadi dirimu itu sulit
Dulu aku senang sekali merepotkanmu
Membangunkanmmu yang baru saja terlelap
Sedikit - sedikit memanggil namamu hanya karena hal sepele


Ibu aku tak tahu bahwa sebenarnya kasihmu begitu berlimpah

Saat aku tidur kau menyelimutiku, mengelus kepalaku lembut

Ibu aku tak tahu betapa kau begitu sering memikirkanku
Dalam setiap renunganmu, dalam setiap lamunanmu


Dalam setiap waktu luangmu yang kau pikirkan anakmu
Ibu aku tak tahu begitu besar yang telah kau lakukan


Ibu aku tak tahu hingga sampai saat ini akhirnya ku mengerti

Betapa sulitnya menjadi seorang ibu
Sedikit - sedikit terbangun karena bayinya menangis


Mengendong hingga tangan terasa pegal

Membersihkan kotorannya

Mencuci pakaiannya

Ibu perjalananku masih jauh untuk memahami kesulitanmu

Memahami seberapa berat perjuanganmu 

Namun, setiap aku mulai memahami

Semakin sering diri ini berkata

Terima kasih

Minggu, 18 Agustus 2013

Seorang Ayah



Seorang Ayah
Ini bukan tentang ayah kandung saya, tapi ini tentang seorang laki – laki yang entah kenapa sosoknya terasa seperti Ayah bagi saya. Laki – laki ini seperti seorang Ayah meskipun kelakuannya sering menyebalkan dan begitu usil. Seorang laki – laki yang memberi kenangan menyenangkan walau hanya sebentar.

Pertama bertemu, ketika saya menjadi seorang anak baru yang ingin memasuki sebuah organisasi besar di fakultas. Saat itu ada beberapa tugas, salah satunya mewawancarai kakak senior di organisasi. Ketika itu giliran saya dan beberapa orang yang belum saya kenal datang untuk mewawancarai orang itu. Orang itu dari awal sudah terlihat memiliki kharisma, ya dia berkharisma. Namun kesan seram, galak, dan menakutkan itu lebih terasa daripada kharismanya.

Waktu bergulir beberapa bulan, jarang berurusan dengan orang itu. Saya tidak terlalu mengenalnya. Hingga saat pemilihan ketua tiba. Saat itu saya tidak terlalu mengerti tentang siapa saja yang dicalonkan. Hanya tahu mereka, tapi tidak terlalu mengenal sifatnya. Ada seorang kakak yang berkata pada saya untuk memilih laki – laki itu. Dia adalah orang berpotensi, sebelumnya dia akan ditempatkan di universitas tapi karena fakultas membutuhkan maka ditarik kembali ke fakultas begitulah kata kakak itu. Saya hanya mengiyakan, mendengarkan. Toh saya belum mengenal orang itu. Saya mengikuti proses seleksi pemilihan ketua, maklumlah anak baru suka ingin tahu. Akhirnya tahu sedikit tentang para calon, dan saya menentukan pilihan saya.

Selasa, 13 Agustus 2013

Pesan Singkat



Pesan Singkat

Kamu ga nonton filmnya?
Pertanyaan singkat itu tertera di layar handphone ku. Segera ku raih remote dan memindahkan saluran televisi. Berkali – kali memindahkan saluran, film yang dimaksudkan tak ada juga. Ku lihat waktu saat pesan itu di kirim, sudah beberapa jam yang lalu ternyata. Segera ku balas pesan tersebut ke pengirimnya.

Ga liat, ga tau kalo ada.

Sebuah jawaban yang tidak kalah singkatnya. Aku tidak suka, karena dia selalu begitu. Seperti itulah, dia akan selalu bertanya ketika acara televisi yang aku sukai mulai di tayangkan. Selalu pertanyaan yang sama ditanyakan padaku. Bahkan ketika aku tidak sadar acara tersebut sedang ditayangkan, karena jadwalnya memang berubah – ubah dan jarang di tayangkan.

Hari Hujan



Hari Hujan



Gadis itu bernama Lintang. Dia duduk di meja paling ujung dekat jendela. Pelan – pelan diminumnya segelas coklat hangat yang di pesan tadi. Sembari menikmati hujan dari jendela, Lintang mulai melamun. Sebenarnya pikiran Lintang tidak setenang sikapnya saat ini. Dia sedang risau atas keputusan yang baru dia tetapkan. Mencoba untuk tidak di pikirkan pun sulit. Selalu saja Lintang memikirkan hal tersebut. Namun keputusannya sudah bulat. Dia akan melupakan laki – laki itu.

Seorang gadis memasuki kafe dan menghampiri Lintang. Pakaian gadis itu sedikit basah karena hujan. Dia mengeringkan pakaiannya yang basah dengan saputangan. Setelah selesai, dimasukannya saputangan itu ke dalam tas. Kedatangan gadis itu tidak menyadarkan Lintang dari lamunannya. Si gadis kemudian menepuk bahu Lintang, sahabat baiknya itu.

“Hey kamu, jangan banyak melamun nanti cepet tua lho.” Kata Faiza sahabat Lintang.

“Enak aja, kamu tuh datengnya lama. Aku jadi bosen deh. Gimana rapatnya tadi? Lancar?”Tanya Lintang pada Faiza.

“Alhamdulillah beres.” Faiza mengacungkan jempolnya. “Untung aja tadi ada Mas Raka yang jelasin rencana divisi kita, jadi Si Bos terima – terima aja. Kayaknya Si Bos bukan Cuma terima tapi juga seneng sama rencana kita.” Kata Faiza antusias.

“Selamat ya selamat. Traktir ya.” Lintang menjabat tangan sahabatnya itu kemudian dia menunjuk segelas coklat panas di hadapannya.

“Oke kali ini aku lagi baik. Jadi aku traktir deh. Oya Tang, Mas Raka itu hebat banget ya bisa buat Bos jadi yakin kayak gitu.” Faiza bercerita dengan semangat.

“Hmm, ya.” Lintang kemudian mengangguk.

Hanya Seorang Gadis



Hanya Seorang Gadis

Maaf Dita siapa ya?

Sepertinya sudah lebih dari dua kali kamu membalas pesanku dengan jawaban seperti itu. Aku tahu sebelumnya handphone milikmu rusak. Aku tahu, mungkin kamu berganti handphone sekarang. Namun dulu tidak begitu kan?
Dulu handphone milikmu baik – baik saja dan saat itu kamu tidak mengenaliku.

Maaf ini siapa ya?

Begitulah pertanyaanmu ketika awal – awal aku mengirim sebuah pesan padamu. Aku menjelaskan padamu dengan sabar. Mengenalkan diriku padamu.
Lalu aku mengirim pesan lagi padamu beberapa bulan kemudian.

Maaf ini nomor siapa ya?

Jawaban itu lagi yang kuterima darimu. Kujelaskan lagi padamu, sekali lagi. Aku memperkenalkan diriku padamu.
Beberapa bulan kemudian aku bertanya alamat sebuah tempat padamu.

Maaf ini siapa ya?

Begitu lagi kata – kata di pesanmu. Hingga saat ini ketika aku telah memberi nama pada pesanku. Kamu tetap bertanya, aku siapa.
Siapa aku? Aku hanyalah seorang gadis yang mengagumimu. Gadis yang merasa bahagia saat kamu lewat di hadapanku. Gadis yang hanya bisa melihat sosokmu dari jauh.
Kamu tahu, kamu sebenarnya begitu dekat. Bahkan aku bisa menghampirimu hanya dengan beberapa langkah. Namun kamu begitu jauh, meski kita berada di tempat yang sama.
Siapa aku? Aku gadis yang ada di dekatmu. Gadis yang tidak berani menatapmu saat kita berada dalam pembicaraan yang sama. Gadis yang ingin menggapaimu tapi bahkan untuk berharap saja sepertinya tak bisa. Aku gadis yang ada di dekatmu, mengerti akan kesulitanmu diam – diam. Membantumu juga dengan diam – diam. Aku gadis yang ada di dekatmu yang kamu tidak benar – benar tahu siapa. Aku gadis yang ada di dekatmu, yang namanya sering kau lupakan. Aku gadis yang ada di dekatmu, yang tidak masuk daftar di kontak handphone milikmu. Aku gadis yang ada di dekatmu yang mungkin kamu tidak sadar akan keberadaanku.
Aku gadis yang telah jatuh, jatuh kepadamu