Habibie
yang dilahirkan untuk Ainun dan Ainun yang dilahirkan untuk Habibie. Sebuah
kata indah yang membuatku yakin di belahan bumi ini telah ditakdirkan
seseorang, terlahir di dunia untuk menemani kita. Tulang rusuk tidak akan
pernah tertukar.
Begitulah
indahnya cinta antara dua insan yang saling memahami. Mengerti satu sama lain.
Cinta yang tulus tanpa perlu banyak kata – kata. Ainun memahami Habibie, tanpa
permintaan. Menghawatirkan Habibie meski disela – sela rasa sakit. Sedangkan
Habibie pada satu titik harus merasakan kehilangan. Kehilangan atas cinta yang
hangat. Tentu saja ia tidak ingin, ia ingin Ainun tetap di sisinya menemani.
Habibie ingin membalas seluruh kasih sayang yang telah diberikan Ainun. Dia
tidak ingin kehilangan. Akan tetapi, kehendak Allah SWT berkata lain. Ya
Habibie harus ikhlas. Namun Ainun tidak penah pergi, ia tetap di sana dalam
hati dan ingatan Habibie.
Ingatanku
terlempar jauh ke masa lampau. Sebuah kisah cinta yang juga indah. Di masa yang
berbeda, tantangan yang berbeda pula. Namun mereka saling menguatkan, saling
memahami. Menjalani dakwah yang tidaklah
mudah. Diterpa cobaan yang begitu berat. Bersama mereka berjuang untuk
kebaikan. Membawa manusia ke agama Allah. Benar mereka adalah Muhammad SAW dan
Khadijah binti Khuwailid. Cinta yang indah dari Khadijah kepada Rasulullah SAW.
Ia memahami Rasullullah.
Ingatkah
ketika Rasulullah pulang dari Gua Hira, ketika badan Rasulullah SAW menggigil setelah menerima wahyu. Apa
yang dilakukan Khadijah ? bertanya pada Beliau SAW ? Memberondong Beliau SAW
dengan pertanyaan sebagai ungkapan kecemasan ? Bukan, yang dilakukan Khadijah adalah menyelimutinya, tanpa banyak
bertanya.
Ingatkah
juga ketika Rasulullah bercerita pada Khadijah, bahwa Beliau SAW adalah utusan
Allah. Membawa sebuah agama yang benar, Agama Islam. Khadijah bukan tertawa,
tapi dia percaya. Kemudian menyatakan masuk Islam. Wanita yang memahami
suaminya, mempercayai dan berbakti padanya.
Rasulullah
SAW pun harus kehilangan. Allah SWT memanggil Khadijah terlebih dahulu. Setelah
Rasulullah
kehilangan paman yang amat disayanginya, kemudian Beliau SAW kehilangan
istrinya. Betapa sedih hati beliau. Begitu besar kehilangan yang harus di alami.
Meski
tahun – tahun telah terlewat, Rasulullah SAW tetap mengingat Khadijah. Cinta
Beliau pada Khadijah begitu besar hingga menimbulkan kecemburuan pada istri –
istri yang lain. Pernah suatu ketika ada seorang tamu yang mengetuk pintu rumah
Rasulullah. Suara tamu itu begitu mirip dengan Khadijah. Kemudian Rasulullah
segera membukakan pintu, ternyata bukan Khadijah. Sebegitu besarnya cinta
Rasulullah SAW terhadap Khadijah. Khadijah tetap ada dalam hati dan ingatan
Rasulullah. Juga dalam hati dan ingatan kita.
Tulang
rusuk tak pernah tertukar. Cinta adalah warna indah dalam kehidupan dunia. Di
mana kita selalu ingin memberi, tak peduli berapapun yang ingin di beri. Cinta
membuat kita merasa dalam kedamaian. Cinta menawarkan kelembutan dan ketulusan.
Cinta kepada manusia memang indah. Namun cinta yang paling indah adalah cinta
kepada-Nya yang mengilhamkan cinta dalam hati manusia.
ehm. tulang rusuk ya :p
BalasHapusKenapa War ??
BalasHapusEhm ngiri :P