TOKO
NASIONALIS
“Mas
beli rokok dong.”
“Maaf
Mas di sini ga jualan rokok.”
“Oh
ya sudah, makasih.”
Beberapa
menit kemudian
“Sekarang
banyak yang beli vit ya.”
“Iya,
semoga vit bisa ngalahin Aqua.”
Begitulah
percakapan yang saya dengar dari sebuah toko kelontong tidak jauh dari kos.
Percakapan
pertama adalah percakapan antara pemilik toko dan pembeli. Ketika mendengarnya
saya tersenyum. Bangga rasanya, ternyata di belahan Negara Indonesia ini ada
toko yang tidak menjual rokok. Rokok merupakan salah satu produk yang banyak
dikonsumsi masyarakat Indonesia. Perokok yang sudah terbiasa bahkan bisa
menghabiskan satu bungkus rokok dalam sehari. Oleh karena itu menjual rokok
dapat memberi keuntungan yang lebih cepat bagi penjual. Selain itu
keuntungannya juga lumayan. Meskipun menjual rokok cukup menggiurkan ternyata
toko kelontong yang satu ini tidak melakukanya. Seandainya saja toko – toko
yang lain juga melakukan hal yang sama, mungkin saja Negara ini bisa menjadi
Negara bebas asap rokok.
Jika
toko – toko melakukan hal yang sama maka kita tidak perlu repot – repot meminta
perokok berhenti. Kemudahan masyarakat Indonesia dalam mendapatkan rokoklah
yang membuat mereka semakin gencar merokok. Bahkan di negara ini menemukan
rokok di pedalaman lebih bisa dilakukan daripada menemukan listrik. Ketika toko
menolak untuk menjual rokok maka para perokok akan kesulitan mendapatkan rokok.
Nantinya mereka pasti akan berhenti merokok dengan sendirinya.
Percakapan
kedua adalah percakapan pemilik toko dan salah satu pekerja di toko. Terlihat
dari percakapan tersebut mereka membicarakan dua merek air mineral. Tentu saja
kita semua sudah tahu bahwa Aqua adalah air mineral yang merupakan milik asing.
Sedangkan vit yang juga merupakan salah satu merek air mineral, diproduksi oleh
masyarakat negeri kita sendiri. Lagi – lagi toko ini kesadarannya tinggi.
Ketika
kita cenderung membeli produk – produk buatan luar negeri / asing maka uang
kira hanya akan masuk kantong mereka. Sedangkan ketika kita membeli produk
dalam negeri maka uang kita akan masuk ke kantong perusahaan / industri dalam
negeri juga. Uang pendapatan dari perusahaan / industri dalam negeri tersebut
akan di ambil beberapa persen untuk membayar pajak. Pajak itu juga yang menjadi
uang “kas” pemerintah. Selain itu banyaknya permintaan ke perusahaan / industri
dalam negeri akan membuat mereka lebih kreatif dan produktif. Banyaknya
permintaan tadi dapat membuat perusahaan / industri dalam negeri tumbuh dan
berkembang.