Halaman

.

Selasa, 13 Agustus 2013

Pesan Singkat



Pesan Singkat

Kamu ga nonton filmnya?
Pertanyaan singkat itu tertera di layar handphone ku. Segera ku raih remote dan memindahkan saluran televisi. Berkali – kali memindahkan saluran, film yang dimaksudkan tak ada juga. Ku lihat waktu saat pesan itu di kirim, sudah beberapa jam yang lalu ternyata. Segera ku balas pesan tersebut ke pengirimnya.

Ga liat, ga tau kalo ada.

Sebuah jawaban yang tidak kalah singkatnya. Aku tidak suka, karena dia selalu begitu. Seperti itulah, dia akan selalu bertanya ketika acara televisi yang aku sukai mulai di tayangkan. Selalu pertanyaan yang sama ditanyakan padaku. Bahkan ketika aku tidak sadar acara tersebut sedang ditayangkan, karena jadwalnya memang berubah – ubah dan jarang di tayangkan.
Aku bingung, apa pedulimu pada acara yang ku sukai. Kenapa kamu selalu mengingatkanku jika acara itu sedang ditayangkan. Padahal kamu sering mengacuhkanku. Kamu sering mengabaikanku. Aku bukan orang yang selalu kamu ingat dalam perjalananmu. Aku adalah orang kesekian dalam daftar orang yang kamu ajak bermain.
Kamu tidak pernah bercerita tentang masalahmu, mungkin aku bukan orang yang menyenangkan untuk di ajak bercerita. Apa pedulimu pada diriku. Untuk apa kamu selalu mengingat acara yang ku sukai. Kamu sesekali mengajakku, tapi kemudian kamu pergi dengan yang lain. Kamu menceritakan kabarmu pada orang lain, dan bukan padaku. Lalu apa pedulimu? Kenapa kamu selalu mengingatkanku pada acara televisi yang aku sukai?
 Seandainya saja bukan itu yang kamu tanyakan. Seandainya saja kamu bertanya padaku, meski hanya untuk sekali “Kenapa kamu menyukainya?” Seandainya kamu bertanya padaku, maka dengan senang hati aku akan menjawab “Karena dulu, kita sering menontonya bersama.” Itu yang ku harapkan kamu tahu, kamu peduli.

Gadis itu mengakhiri tulisan di buku hariannya. Dia baca lagi perlahan – lahan tulisannya, kemudian bulir air mata itu jatuh. Bening, walau hanya beberapa tetes, jatuh ke pangkuannya. Gadis tadi kemudian menyeka air matanya.
Dia kesepian. Dia merindukan laki – laki itu. Sahabat masa kecilnya. Mereka begitu dekat dan selalu bersama. Namun kini mereka telah tumbuh dewasa. Telah memiliki teman masing – masing. Telah memiliki cerita masing – masing. Hubungan masa lalu itu kini merenggang. Mereka jarang bertemu, jarang bermain bersama, tapi pesan singkat itu masih sering di kirim. Pesan singkat itulah penghubung mereka kini.

3 komentar:

  1. aaaah yang ini juga manis deh :")
    terinspirasi dari kisah nyata yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha kisah nyata yang mana?
      ah wardah sok tau aahhh

      Hapus